cover
Contact Name
Vincentius Widya Iswara
Contact Email
vincentius@ukwms.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jakobus@ukwms.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL WIDYA MEDIKA
ISSN : 23380373     EISSN : 26232723     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2014)" : 8 Documents clear
Kedokteran Keluarga = Family Medicine Willy F. Maramis
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.774 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.847

Abstract

Pendahuluan Mengapa profesi kedokteran dikatakan profesi yang mulya? Karena profesi kedokteran menolong manusia yang sakit dan menderita. Dan menolong sesama manusia karena kasih adalah rahmat dan karunia Tuhan bagi yang menolong dan yang ditolong. Mungkin pula karena dahulu pengobatan orang sakit dilakukan juga oleh para imam dan dukun yang melayani masyarakat dalam hal spiritual dan keagamaan. Banyak penyakit dipercaya karena pengaruh roh jahat, sehingga pantas kalau para imam dan dukun yang menangani mereka. Sejak Hippokrates (460 – 370 BC) ilmu pengobatan mulai dipelajari secara ilmiah sehingga perlahan-lahan mulai dipisahkan dari tugas para imam. Sekarang telah terpisah sama sekali sebagai ilmu kedokteran modern. Namun kita melihat banyak cara pengobatan tradisional yang masih erat hubungannya dengan hal-hal spiritual, dengan roh-roh, bahkan dengan agama. Tidak sedikit dokter jaman sekarang pun masih tertarik pada hal-hal paranormal dalam kesehatan. Dalam pengobatan tradisional sejak dahulu kala sampai sekarang, dan dalam ilmu kedokteran pun sampai dengan perang dunia ke-2, pertolongan manusia yang sakit adalah individual. Tidak dapat disangka, kedokteran individual (individual medicine) atau kedokteran klinik (clinical medicine) adalah penting. Namun makin lama makin disadari bahwa untuk melayani kesehatan seluruh masyarakat, kedokteran klinik saja tidak cukup. Bila diteliti betul, kalau masyarakat sudah lebih sehat, itu bukan karena ilmu kedokteran, melainkan karena ekonomi dan pendidikan sudah lebih baik. Dengan demikian ilmu kedokteran maju juga dan memberi andil kepada perbaikan kesehatan masyarakat, namun tetap dipraktekkan sebagai clinical atau hospital based medicine. Bayangkan kalau keadaan ekonomi dan pendidikan tidak maju, bagaimana dengan kesehatan masyarakat. Lihat saja, misalnya Afrika, atau tidak usah jauh-jauh, lihat saja pada beberapa bagian negara kita sendiri, misalnya Papua. Sejak akhir perang dunia ke-2 dan terutama sejak Deklarasi Alma Ata, Kazakhstan, 6-12 September 1978, mengenai Primary Health Care (PHC), studi dan 68 Willy F. Maramis pendidikan kesehatan masyarakat mulai berkembang sampai sekarang, dengan berbagai istilah: misalnya kesehatan masyarakat (community health), kedokteran masyarakat (community medicine), community based medicine, community oriented medicine, dsb., tergantung pada aspek mana yang mau diberi tekanan, sehingga ontologi, epistemiologi dan axiologinya berbeda. Sekarang KKI dan Dikti serta Depkes menganjurkan kedokteran keluarga (family medicine) dan kedokteran primer (primary health care, seruan deklarasi Alma Ata 36 tahun yang lalu). Kedokteran klinik terlalu mahal, sebagian besar masyarakat tidak dapat menjangkaunya. Negara maju pun merasa terlalu berat, sampai ada yang sedikit atau banyak sudah menerapkan “socialized medicine”. Pemerintah dan para pendidik juga ingin mencegah, jangan sampai terjadi “defensive medicine”, bukan “preventive medicine”, atau “commodity oriented doctors” dan bukan “community oriented doctors”, dsb. Anjuran WHO adalah agar dalam sistem kesehatan suatu negara, sarana kesehatan harus dapat diperoleh, dapat dicapai dan dapat diterima (available-accessable and acceptable) oleh masyarakat. Kalau boleh saya tambah, harus juga affordable (mampu dibayar atau dibeli).
Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi Jose L. Anggowarsito
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.045 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.852

Abstract

Luka bakar memberikan pengaruh hebat pada manusia, terutama dalam hal kehidupan manusia, penderitaan, cacat, dan kerugian finansial. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, dan uap panas), radiasi, listrik, kimia. Kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh berkaitan dengan trauma luka bakar yang kadang sulit dipantau, sehingga permasalahannya sangat kompleks. Pengertian terhadap fase luka bakar, derajat kedalaman, luas dan derajat keparahan luka bakar akan membantu dalam penanganannya. Penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari multi disiplin ilmu. Sudut pandang dermatologi mengacu pada dermatoterapi, manajemen nyeri, dan dispigmentasi.
Studi kasus Osteosarkoma Metastase Rudyanto Wiharjo Seger
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.748 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.848

Abstract

Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang paling sering dijimpai.[1, 2] Penyakit ini diduga berasal dari sel-sel pembentuk tulang mesenkimal primitif, dan ciri histologisnya terdapat produksi osteoid ganas. Populasi sel lain juga dapat terlihat, karena jenis sel ini juga mungkin timbul dari sel-sel mesenkimal pluripotential, tetapi setiap tumor tulang ganas di diagnosis sebagai osteosarkoma. Terapi utama adalah operasi pengangkatan tumor ganas. Paling sering, dilakukan prosedur limb-sparing (limb-preserving). Kemoterapi juga diperlukan untuk mengobati penyakit mikrometastatik yang terjadi, tetapi sering tidak terdeteksi pada kebanyakan pasien (sekitar 80%) pada saat diagnosis.[3] Seorang wanita, nona YS, usia 21 tahun datang ke UGD RSK Marianum Halilulik-NTT dengan keluhan sesak nafas, nyeri telan, nyeri dada, panas, batuk, mual, 2 tahun yang lalu kaki kiri diamputasi dengan diagnosis patologi anatomi osteosarkoma. Pada pemeriksaan foto polos dada didapatkan gambaran suatu tumor paru dengan efusi pleura kanan. Pasien ini dirawat selama 6 bulan dengan terapi paliatif dan akhirnya meninggal dunia.
Perlunya Lex Spesialis bagi Pidana Kedokteran (Meninggalkan KUHP) Djuharto S. Sutanto
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.81 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.853

Abstract

Saat ini perubahan status dunia medik dan kemajuan teknologi di Indonesia telah menjadikan masyarakat pengguna jasa medis menjadi “masyarakat yang mudah menuntut (litigious society)” sehingga dunia medis di Indonesia alami “krisis malpraktik”. Permasalahan ini perlu dicermati dan segera dicarikan jalan keluar. Salah satu solusi mengatasinya adalah dengan diterbitkannya suatu “lex spesialis” bagi sesuatu yang dianggap “pidana dokter”.
Evaluasi Kegiatan PBL Menurut Persepsi Mahasiswa FK UKWM dengan Analisis Importance and Performance Model Tahun 2014 Lukas Slamet Rihadi
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.464 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.849

Abstract

Metode Problem-Based Learning yang lebih dikenal dengan sebutan PBL merupakan metode pembelajaran yang saat ini banyak diterapkan diberbagai fakultas kedokteran di Indonesia bahkan di dunia. Ciri-ciri utama dari PBL adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa (student centered learning). Mahasiswa menggunakan “trigger material” berupa kasus atau skenario untuk didiskusikan dalam kelompok kecil, sedangkan dosen berperan sebagai learning fasilitator dan knowledge transmission. Diskusi tutorial dalam PBL menggunakan metode “tujuh langkah” atau yang biasa disebut seven jumps yang dikembangkan Maastricht, Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis masalah yang ada pada kegiatan PBL serta yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan menurut persepsi mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Importance and performance model dan melibatkan 179 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala semester gasal (semester tujuh, lima dan tiga) tahun akademik 2014-2015. Hasil penelitian menunjukkan 96,13 % mahasiswa menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kegiatan PBL bermanfaat dalam proses pembelajaran di FK UKWM. Variabel-variabel yang menjadi masalah pada kegiatan PBL dan menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan atau diperbaiki menurut persepsi mahasiswa adalah variabel skenario, tutor, dan mahasiswa (three critical elements of PBL) serta variabel efektifitas dari diskusi pleno.
Eksplorasi faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik di apotek K24 Wiyung dan Karah Agung Surabaya Bernadette Dian Novita; Wahyu Dewi Tamayanti; Eka Verlina Sugiarto
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.703

Abstract

Data on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, 86,1% antibiotics were used and kept in houses without indication and prescription (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Rl, 2013). This data supported WHO's study result in 2005 that 50% of the use of drugs in hospitals and health centers was antibiotics. Irrational use of antibiotics were disadvantaged, both, for health, which could induced bacterial resistance, and cost. Unfortunately, people were not yet informed properly. The study, using quantitative methods an interview, assessed the patients' knowledge of antibiotic, described and explored the factors that influence the use of antibiotics and determine the effect of patient education on the use of antibiotics in pharmacies K24Wiyung and Karah Agung Surabaya. The data obtained from the respondents were analyzed with Amos 18. O. From the results, the significant factors that influenced the consumption of antibiotics in pharmacies K24 Wiyung and Karah Agung Surabaya, among others: income (p = 0.031), complaints (p = 0.005), the reason consumption (0.000), resources of information (p = 0001). The factors that were not significant to the use of generic antibiotics include: age (p = 0791), patient knowledge regarding antibiotics (p = 0.404). Thus, information and education about rational use of antibiotics needs to involve these factors in order to be accepted by the patient. To support the rational antibiotic pharmacist should be bold and willing to remind the patient to consult a doctor before taking antibiotics.
Asupan Protein, Lemak, Karbohidrat dan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya Anisah Khoirul Umah; R. Bambang Wirjatmadi
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.644 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.850

Abstract

Diet menjadi hal yang penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid karena bila asupan makanan kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita sehingga proses penyembuhan akan semakin lama. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan nutrisi berupa asupan protein, lemak dan karbohidrat selama perawatan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kohort prospektif. Variabel bebas dalam penelitian adalah asupan protein, lemak dan karbohidrat, sementara variabel terikat adalah lama hari rawat pasien. Sampel penelitian sebagian pasien rawat inap demam tifoid di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya yang telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 26 pasien, dengan rincian 13 pasien dengan lama hari rawat ideal (4 hari). Analisis data menggunakan uji Chi Square untuk uji hubungan antar variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien demam tifoid berusia 5-12 tahun, berjenis kelamin perempuan dan berstatus gizi normal. Rerata asupan nutrisi adalah energi 825,9 kkal, protein 35,3 gram, lemak 23,38 gram dan karbohidrat 103,27 gram. Uji hubungan menunjukkan bahwa asupan energi (p=0,007), protein (p=0,00) dan karbohidrat (0,03) berhubungan dengan lama hari rawat, sementara asupan lemak (p=0,3) tidak terdapat hubungan. Perlu adanya peningkatan asupan nutrisi berupa energi, protein dan karbohidrat pada pasien dengan demam tifoid untuk mempercepat proses penyembuhan sehingga mempersingkat lama hari rawat.
Hubungan Ketepatan Diet dan Kejadian Obesitas dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Vidya Noermalawati; R. Bambang Wirjatmadi
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.077 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.851

Abstract

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan/atau kombinasi keduanya, dengan ciri khas kadar gula yang berlebih dalam darah. Tujuan umum penelitian adalah mempelajari hubungan ketepatan diet dan kejadian obesitas dengan kadar gula darah puasa pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi di Poli Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Moh. Soewandhie Surabaya. Penelitian dilakukan secara survei analitik dalam studi korelasi dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien dengan komplikasi makrovaskuler yang dibedakan menurut kadar gula darah puasa terkontrol dan tidak terkontrol, yakni masing-masing sebanyak 25 orang secara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan α = 0,05. Hasil penelitian dan analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan ketepatan jadwal diet (p=0,44) dengan kadar gula darah puasa, namun terdapat hubungan antara ketepatan diet jumlah (p=0,00) dan jenis (p=0,00), serta kejadian obesitas (p=0,00) dengan kadar gula darah puasa. Perlu adanya peningkatan kualitas pola diet jumlah, jadwal, dan, jenis untuk memperoleh ketepatan diet dalam upaya kontrol kadar gula darah. Selain itu, diperlukan adanya perbaikan dan pemeliharaan berat badan diabetisi menuju berat badan ideal melalui pemantauan kegiatan olahraga dan aktivitas fisik.

Page 1 of 1 | Total Record : 8